KINI menjadi supermodel sekelas Catherine Wilson, Karenina, ataupun Davina bukan lagi impian belaka. Di Ibu Kota, sudah banyak sekolah modeling yang dapat mencetak lulusannya menjadi model profesional.
Berlenggak-lenggok di atas catwalk membawakan busana ataupun berpose di hadapan jepretan kamera bahkan berakting di layar kaca, sepintas terlihat mudah. Padahal, untuk menjadi seorang model profesional tidaklah semudah seperti yang kita bayangkan.
Para model profesional yang namanya kini semakin berkibar atau model senior yang sempat melambung di era tahun 1970-an, tentu harus melewati berbagai macam perjuangan hingga diri mereka dapat meraih kesuksesan dan ketenaran seperti sekarang. Keberhasilan yang mereka tuai kini pun tidak mereka dapatkan begitu saja melainkan melalui perjalanan panjang dan penuh liku.
Model papan atas Arzeti Bilbina menceritakan perjuangannya menjadi model profesional. Wanita yang sudah 18 tahun terjun ke dunia modeling ini mengaku, sebelum menjadi seorang model profesional, dirinya terlebih dahulu menimba ilmu modeling di sanggar OQ Modeling. Setelah lulus dari sekolah, tidak lantas membuat Arzeti langsung menjadi model top. Dia harus meniti kariernya dan melewati tidak sedikit kendala untuk bisa meraih keberhasilannya hingga sekarang ini.
Sementara itu, profesi sebagai model seperti layaknya profesi lain tentu menuntut regenerasi dari waktu ke waktu. Tentunya para lulusan sekolah modeling ini pun diharapkan untuk tampil lebih maksimal dibandingkan para senior sebelumnya.
Jika ditilik, proses regenerasi para model ini banyak dimotori oleh model senior yang ingin membagi pengalaman sekaligus ilmu mereka kepada calon-calon model profesional. Lihat saja sekolah modeling Zema Management milik Arzeti, Lembaga Pendidikan Ratih Sang milik Ratih Sanggarwati, Look Models Inc milik Lulu Dewayanti, dan OQ Modeling besutan Okky Asokawati yang bahkan sudah selama 20 tahun berkomitmen mendedikasikan diri untuk mengajar modeling kepada peserta didiknya yang ingin serius menekuni bidang ini.
Lantas seberapa pentingnya mengenyam sekolah modeling? Bukankah pelajaran menjadi seorang model bisa didapatkan secara otodidak? Okky pun angkat bicara. Sebenarnya untuk menjadi seorang model profesional dan dapat hidup dengan pendapatan yang diperoleh dari profesi tersebut, tidak harus melewati sekolah modeling.
"Namun tentu bisa dibandingkan mana yang lulusan sekolah model mana yang tidak. Pasti ada perbedaan antara keduanya. Yang paling menonjol adalah ilmu yang dimiliki. Sebab, menjadi model profesional harus memiliki bekal yang matang," ujar Okky.
Hal ini dibenarkan juga oleh Arzeti dan manajer Look Models Ana Aka. Keduanya sepakat mengatakan, melalui sekolah modeling, mereka yang berminat menjadi model, akan diajak lebih jauh untuk melihat profesi model yang nyata sebelum akhirnya terjun ke lapangan.
Menurut Ana, menjadi model bukan perkara mudah. Selain cantik, calon model pun harus memiliki style yang khas yang dapat mencirikan dirinya ketika beraksi di panggung.
"Bagi mereka yang sudah memiliki itu (kekhasan), biasanya kami akan memolesnya agar lebih baik lagi," katanya.
Nah di sinilah letak sekolah modeling berperan. Ratih Sanggarwati mengungkapkan hal serupa. Model senior yang juga penulis buku ini pun menyarankan para calon model untuk mengikuti sekolah model sebelum ia berlenggaklenggok di catwalk.
"Biasanya mereka yang sekolah lebih berkualitas dibanding yang tidak sekolah," ujar Ratih. Uniknya, Ratih yang juga menjadi pengajar di sekolahnya yang bernama Lembaga Pendidikan Ratih Sang ini, membuka kesempatan bagi remaja putri berkerudung yang ingin menjadi model.
"?Tidak hanya pandai di foto dan memperagakan busana saja, mereka juga akan diajarkan etika dan tata rias," ungkapnya.
Lebih jauh, di sekolah modeling, siswa ditempa menjadi model profesional dan diajarkan segala sesuatu yang menyangkut modeling. Sebut saja cara berjalan, berpose di hadapan kamera, memilih busana yang tepat serta kosmetik yang sesuai dengan kondisi kulit hingga cara merawat tubuh.
"Dan di sini kami selalu tekankan kepada siswa bahwa menjadi model tidaklah gampang.
Loyalitas dan disiplin tinggi benar-benar harus mereka miliki,?jelas Ana. Satu lagi kelebihan sekolah modeling. Banyak sekolah modeling yang memiliki afiliasi dengan sekolah modeling atau bahkan mempunyai agensi sendiri.
Nah, agensi ini dapat dimanfaatkan oleh para siswa untuk menuju bisnis modeling. Nantinya, jika memenuhi kriteria yang dipersyaratkan, agensi yang ada dapat membantu lulusan sekolah modeling untuk mendapatkan tawaran pekerjaan dari klien.
Tidak tertutup kemungkinan tawaran pekerjaan justru didapat pada saat siswa sekolah tersebut menempuh ujian. Memang di beberapa sekolah modeling, tim penguji bukan hanya dari pihak para pengajar sekolah yang bersangkutan namun juga dari pihak luar di antaranya klien yang akan menggunakan jasa para model ini.
Karena itu,momen ujian menjadi kesempatan para bakal calon model tersebut untuk tampil optimal dan memberikan talenta terbaiknya. Marketing & Promosi OQ Modeling, Nila, tidak menampik kemungkinan tersebut.
Menurut Nila, menyalurkan para model yang berpotensi ini memang menjadi komitmen OQ Modeling. Lalu model seperti apakah yang sebenarnya diminati? Menurut Okky, untuk menjadi model runway bentuk tubuh harus proporsional. Untuk perempuan tinggi badannya minimal 172 cm, sedangkan laki-laki harus memiliki tinggi 182 centimeter, dengan tungkai yang panjang.
"Tidak perlu cantik atau tampan, yang penting menarik dan percaya diri," pungkasnya. (sindo//nsa)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar